Sesuai namanya, Komuitas Edan Sepur Indonesia (KESI), kelompok ini benar-benar tergila-gila dengan kereta api (sepur) berikut tetet bengeknya. Mereka mengamati berbagai hal yang berhubungan dengan kereta api, mulai dari tiket, lokomotif, masinis, gerbong sampai rel kereta.
Komunitas yang memiliki nama internasional Indonesian Railfans Community (IRC) ini didirikan oleh Egief Del Haris, Desya Nur Perdana, Armiya Farhana, Budi Susilo, Agus Riyadi, serta Luqman Supriyatno pada tanggal 5 Juli 2009 di Dipo Jatinegara dan bermarkas di Bekasi. Komunitas Edan Sepur Indonesia merupakan peleburan dari TPRM (Team Penelusur Rel Mati) dan beberapa organisasi railfans di Daop (Daerah Operasi) I Jakarta, Daop II Bandung dan Daop III Cirebon. Kini KESI menjadi wadah pemersatu semua organisasi pecinta kereta api. Saat ini Edan Sepur memiliki anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Lampung, Palembang, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya.
“Komunitas kita berasal dari berbagai profesi, tapi memang kebanyakan anggota merupakan orang-orang yang sering beraktivitas menggunakan kereta api,” jelas Helmy Livianto, Humas Komunitas Edan Sepur Indonesia. Mereka memilih nama Edan Sepur karena nama tersebut sangat familiar dan mudah diingat. Kegiatan komunitas ini pun beragam, mulai dari gathering, memberikan edukasi kepada anak sekolah tentang tata tertib berkereta api, bakti sosial, hingga menjadi relawan mudik di stasiun kereta api.
Mereka pernah dilibatkan dalam kegiatan penghijauan di sepanjang jalur kereta, mulai Cibungur, Purwakarta hingga Banjar, serta Padalarang sampai Cianjur. Mereka bahkan dilibatkan dalam proses penggusuran bangunan milik masyarakat yang berada di sepanjang sisi rel Jatinegara hingga Klender. Mereka juga memunguti sampah dan membujuk masyarakat di sepanjang rel. Bujukan anggota Edan Sepur lebih mengenai karena mereka sesama anggota masyarakat.
Komunikasi antar anggota dilakukan melalui berbagai cara. Selain lewat media sosial seperti Facebook dan Twitter, mereka juga rajin mengadakan kopi darat. Acara kopi darat biasanya diadakan di stasiun-stasiun kereta api agar memudahkan anggota untuk datang. Mereka juga mengadakan acara jambore yang biasanya digelar setahun sekali.
Gila Kereta
Kegilaan komunitas Edan Sepur terhadap kereta api bisa dilihat saat mereka mengadakan pertemuan. Mereka bercengkerama di stasiun. Membicarakan soal kereta api dan pernak-perniknya. Ketika kereta api lewat di dekatnya, mereka bertepuk tangan seperti menyambut kedatangan artis idolanya. Anggota komunitas pun mulai bertindak. Ada yang memotret, mulai dari memakai ponsel, kamera digital biasa, sampai kamera SLR yang super canggih. Sebagian ada yang mencatat nomor lokomotif. Pendekanya, apa yang mereka lihat akan diabadikan lalu didiskusikan bersama.
Kegilaan pada kereta api bukan sebatas mengagumi semata. Mereka juga mengikuti perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Edan Sepur pun menjalin sinergi dengan PT KAI melalui berbagai cara, seperti mengikuti event-event yang diselenggarakan perusahaan perkeretaan satu-satunya di Indonesia itu serta aktif membagi informasi hasil-hasil temuan mereka kepada PT KAI. Seperti diketahui, Edan Sepur memiliki jalur-jalur rel mati yang bahkan tak terpantau tim pendataan aset PT KAI. Mereka menemukan peta itu melalui Googling di peta-peta rel kereta peninggalan Belanda. Melalui penelusuran itu, mereka mendapatkan data lokasi jalur rel yang sudah tertimbun sedemikian lama di bawah hamparan rumput liar maupun fondasi bangunan.
Misi komunitas ini, menurut sang pendiri Egief Del Haris, adalah menyalurkan rasa cinta terhadap kereta api dan memberikan kontribusi positif bagi perkeretapian di Indonesia. “Setelah bergabung di sini para railfans bisa happy dengan kecintaannya pada kereta api, bisa berkontribusi positif bagi dunia perkeretaapian, dan mampu memberikan edukasi pada masyarakat tentang cara berkeretaapi yang baik, termasuk tidak ‘jadi kambing’ alias penumpang gelap yang tidak mau membeli tiket,” jelas Egief. Menurutnya, terjadi hubungan simbiosis mutualisme antara Edan Sepur dan PT. KAI.
Menurut Edan Sepur, pelayanan PT. KAI mulai membaik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pembelian tiket lebih mudah, gerbong bersih, juga sudah ada gerbong khusus untuk wanita, sehingga meminimalisir terjadinya pelecehan seksual. Namun, Edan Sepur berharap pelayanan PT. KAI bisa ditingkatkan lagi. “Semoga perkeretaapian Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahunnya, karena alat transportasi ini masih banyak digunakan masyarakat,” harap Helmy.